TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG – Yayasan Palung (YP) melaksanakan berbagai kegiatan di PAUD Sinar Bangsa Ketapang, Kamis (15/3/2018).
Tujuannya untuk memperkenalkan satwa dilindungi kepada anak usia dini dengan media boneka, bercerita dan lain sebagainya.
Khusus cerita YP menyampaikan tentang pongo atau orangutan, ibu pongo dan bapak pongo.
“Pongo, Ibu Pongo dan bapak Pongo tinggalnya di hutan,” kata Ranti Naruri dari YP melalui rilis Pengurs YP, Petrus Kanisius kepada Tribun di Ketapang, Jumat (16/3/2018).
“Mereka hidup dan mencari makan seperti buah-buahan hutan, pucuk daun dan serangga. ibu pongo dan pongo selalu bersama sampai usia pongo dewasa,” tutur Ranti didampingi Haning ketika bercerita kepada anak-anak.
Sedangkan bapak pongo menutnya hidup menyendiri atau semi soliter. Ia bersama ibu pongo hanya sesekali saja khussnya ketika masa reproduksi tiba.
“Pongo bersama ibu dan bapaknya serta semua orangutan merupakan satwa yang dilindungi,” jelasnya.
“Jadi mereka tidak boleh disakiti, dipelihara, dibunuh dan diperjual belikan. Mereka para orangutan itu dan satwa lainnya harus dilindungi agar tidak punah sehingga tetap ada pada masa anak cucu kita nanti,” lanjut Haning menjelaskan cerita Ranti.
Ranti dan Hening kemudian menyampaikan kepada anak-anak maksudnya bercerita menggunakan media boneka.
Pihaknya ingin mengajak anak-anak mengenal dan nantinya ikut serta melindungi satwa yang dilindungi di hutan Kalimantan.
Direktur YP, Terri Lee Breeden menjelaskan pihaknya percaya untuk melibatkan semua orang dalam konservasi. Khususnya para anak-anak dan pemuda masa kini yang merupakan harapan pada masa depan atau mendatang.
“Adalah penting bahwa mereka perlu menyadari nilai hewan liar dan lingkungan yang sehat. Mereka pendukung kelangsungan hidup planet kita ini,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Ajak Anak Usia Dini Melindungi Satwa Liar Melalui Cerita, http://pontianak.tribunnews.com/2018/03/16/ajak-anak-usia-dini-melindungi-satwa-liar-melalui-cerita.
Penulis: Subandi
Editor: Dhita Mutiasari